Senin, 10 Desember 2012

Kabel



Kabel­­­­
            Sejarah kabel Kabel mulai ditemukan saat manusia membutuhkan sebuah alat yang berguna untuk menghubungkan suatu perngkat dengan perangkat lain dan ditemukan pada awal 1400an. Proses penemuan kabel ini tidak sama antara satu jenis kabel dengan kabel lainnya. Penemuan kabel tembaga membutuhkan proses yang paling lama dibanding kabel yang lain, hingga akhirnya berhasil ditemukan sebuah telepon. Penemuan kabel koaksial mengikuti penemuan kabel tembaga. Baru-baru ini, kabel koaksial telah disempurnakan kembali dengan penemuan kabel serat optik yang sangat tipis dan mampu mentransmisikan sinyal cahaya.

Jenisnya ada berbagai macam:
Kabel tembaga
Kabel koaksial
Kabel serat optic

Manfaat kabel :
Secara umum, kabel memiliki fungsi sebagai media transimisi yang berperan untuk mempercepat penyampaian pesan. Setiap kabel memiliki spesialisasi fungsi yang berbeda-beda. Kabel tembaga seringkali digunakan sebagai penghubung ke jaringan telepon dan Ethernet. Kabel koaksial sering kita gunakan pada televisi dan radio. Sedangkan, kabel fiber optik sering kita gunakan sebagai jalinan penghubung bawah laut (underwater lines) merupakan media transmisi antar samudera, qube, dan video pay per view.

Kelebihan :
1.      Kabel Tembaga. Beberapa kelebihan dari kabel tembaga, antara lain adalah harganya murah, instalasinya mudah, mudah didapat, dan fleksibel, menggunakan satu medium untuk semua.
2.      Kabel Koaksial. Beberapa kelebihan dari kabel koaksial adalah kapasitas bandwithnya dan jangkauan transmisi yang lebih besar, pengiriman informasi yanglebih cepat, dan lebih murah dari serat optik..
3.      Kabel Serat Optik. Beberapa kelebihan dari kabel serat optik adalah berukuran tipis dan berdiameter sehelai rambut manusia, dapat mentransmisikan sinyal cahaya, kapasitas bandwidth dan kecepatan transmisi yang sangat besar, mencapai terabyte, mudah untuk dibawa, serta tidak rentan terhadap gangguan frekuensi listrik.

Materi Resistor



Resistor

Resistor adalah komponen elektronik dua kutub yang didesain untuk menahan arus listrik dengan memproduksi tegangan listrik di antara kedua kutubnya, nilai tegangan terhadap resistansi berbanding dengan arus yang mengalir, berdasarkan hukum Ohm:

V = I x R

Resistor digunakan sebagai bagian dari jejaring elektronik dan sirkuit elektronik, dan merupakan salah satu komponen yang paling sering digunakan. Resistor dapat dibuat dari bermacam-macam kompon dan film, bahkan kawat resistansi (kawat yang dibuat dari paduan resistivitas tinggi seperti nikel-kromium).
Karakteristik utama dari resistor adalah resistansinya dan daya listrik yang dapat dihantarkan. Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, desah listrik, dan induktansi.
Resistor dapat diintegrasikan kedalam sirkuit hibrida dan papan sirkuit cetak, bahkan sirkuit terpadu. Ukuran dan letak kaki bergantung pada desain sirkuit, kebutuhan daya resistor harus cukup dan disesuaikan dengan kebutuhan arus rangkaian agar tidak terbakar.

Kombinasi LDR dengan Relay

Kombinasi LDR dengan Relay

1. Tujuan
• Menguji prinsip kerja LDR terhadap intensitas cahaya.
• Pengujian rangkaian LDR.
• Membuat rangkaian aplikasi (tugas diatas kertas)
2. Alat dan Bahan

  • Ldr 1 buah 
  • LM 324 1 buah 
  • Resistor 330 ohm 2 buah 
  • Resistor 1K ohm 1 buah 
  • VR 100K 1 buah 
  • VR 50K 1 buah 
  • Dioda 1N 4002 1 buah 
  • Transistor BD 139 1 buah 
  • Elko 10µF/16v 1 buah 
  • Relay SPDT 1 buah 
  • LED 1 buah 
  • Bread board 1 buah 
  • Power supply 1 buah 
  • Kabel penghubung Secukupnya 
  • Senter 1 buah 3. 
 Dasar Teori
Relay Relay adalah komponen elektronika berupa saklar elektronik yang digerakkan oleh arus listrik. Secara prinsip, relai merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang besi (solenoid) di dekatnya.
Ketika solenoid dialiri arus listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid sehingga kontak saklar akan menutup. Pada saat arus dihentikan, gaya magnet akan hilang, tuas akan kembali ke posisi semula dan kontak saklar kembali terbuka.
Relay biasanya digunakan untuk menggerakkan arus/tegangan yang besar (misalnya peralatan listrik 4 ampere AC 220 V) dengan memakai arus/tegangan yang kecil (misalnya 0.1 ampere 12 Volt DC). Dalam pemakaiannya biasanya relay yang digerakkan dengan arus DC dilengkapi dengan sebuah dioda yang di-paralel dengan lilitannya dan dipasang terbalik yaitu anoda pada tegangan (-) dan katoda pada tegangan (+).
              Ini bertujuan untuk mengantisipasi sentakan listrik yang terjadi pada saat relay berganti posisi dari on ke off agar tidak merusak komponen di sekitarnya. Penggunaan relay perlu memperhatikan tegangan pengontrolnya serta kekuatan relay men-switch arus/tegangan. Biasanya ukuran tertera pada body relay.
              Misalnya relay 12VDC/4 A 220V, artinya tegangan yang diperlukan sebagai pengontrolnya adalah 12Volt DC dan mampu men-switch arus listrik (maksimal) sebesar 4 ampere pada tegangan 220 Volt. Sebaiknya relay difungsikan 80% saja dari kemampuan maksimalnya agar aman, lebih rendah lagi lebih aman.

Relay jenis lain ada yang namanya reedswitch atau relay lidi. Relay jenis ini berupa batang kontak terbuat dari besi pada tabung kaca kecil yang dililit kawat. Pada saat lilitan kawat dialiri arus, kontak besi tersebut akan menjadi magnet dan saling menempel sehingga menjadi saklar yang on. Ketika arus pada lilitan dihentikan medan magnet hilang dan kontak kembali terbuka (off). LDR Sebuah sensor cahaya (LDR atau Light Dependent Resistor) adalah komponen sederhana yang menyediakan resistansi variabel yang berubah dengan cahaya, yang dapat membaca ke dalam papan Arduino sebagai nilai analog. Contoh, control LED menggunakan LDR. Dalam contoh ini, bahwa nilai resistansi LDR akan mengontrol kerja sebuah kedip LED. Biasanya hambatan dari sebuah LDR sangat tinggi, kadang-kadang setinggi 1000000 ohm, tetapi ketika diterangi dengan cahaya resistensi turun secara dramatis. Kebalikan animasi menunjukkan bahwa ketika obor dihidupkan, resistansi LDR menurun, yang memungkinkan saat ini untuk melewatinya. Ketika tingkat cahaya sebesar 1000 lux (cahaya terang) diarahkan ke LDR, maka nilai hambatannya adalah 400 (ohm).

Analisa

LDR merupakan komponen yang berfungsi untuk mengatur resistansi berdasarkan intensitas cahaya, LDR dapat di kombinasikan dengan Relay untuk mengendalikan tegangan dan arus yang lebih besar. Karena bisa dianalisis bahwa LDR tidak dapat digunakan dengan tegangan dan arus yang tinggi maka di butuhkan Relay untuk mengendalikan beban pada output yang akan di kontrol oleh LDR.

Kesimpulan

Relay merupakan alat elektro untuk mengendalikan beban yang membutuhkan tegangan dan arus yang besar, dan aplikasi dari relay ini sendiri adalah di kombinasikan dengan LDR. Dimana relay akan bekerja ketika LDR memberikan tegangan DC pada Relay.

Kata Kunci

i. LDR sebagai saklar pada saat terjadi perbedaan resistansi yang akan memberikan tegangan pada relay yang di gunakan untuk mengendalikan beban menggunakan tegangan dan arus yang lebih besar. ii. Sebagai pengaman arus balik.
iii. Untuk menyimpan muatan dan memperkecil ripel

LDR Terhadap Perubahan Cahaya

LDR 
LDR yaitu Light dependent resistor. Resistansi LDR akan berubah seiring dengan perubahan intensitas cahaya yang mengenainya atau yang ada disekitarnya. Dalam keadaan gelap resistansi LDR sekitar 10MΩ dan dalam keadaan terang sebesar 1KΩ atau kurang. LDR terbuat dari bahan semikonduktor seperti kadmium sulfida. Dengan bahan ini energi dari cahaya yang jatuh menyebabkan lebih banyak muatan yang dilepas atau arus listrik meningkat. Artinya resistansi bahan telah mengalami penurunan. Dengan sifat LDR yang demikian, maka LDR (Light Dependent Resistor) dapat digunakan sebagai sensor cahaya. Contoh penggunaannya adalah pada lampu taman dan lampu di jalan yang bisa menyala di malam hari dan padam di siang hari secara otomatis.
Gambar LDR.

Relay adalah komponen elektronika berupa saklar elektronik yang digerakkan oleh arus listrik. Secara prinsip, relai merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang besi (solenoid) di dekatnya.
               Ketika solenoid dialiri arus listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid sehingga kontak saklar akan menutup. Pada saat arus dihentikan, gaya magnet akan hilang, tuas akan kembali ke posisi semula dan kontak saklar kembali terbuka.Relay biasanya digunakan untuk menggerakkan arus/tegangan yang besar (misalnya peralatan listrik 4 ampere AC 220 V) dengan memakai arus/tegangan yang kecil (misalnya 0.1 ampere 12 Volt DC). Dalam pemakaiannya biasanya relay yang digerakkan dengan arus DC dilengkapi dengan sebuah dioda yang di-paralel dengan lilitannya dan dipasang terbalik yaitu anoda pada tegangan (-) dan katoda pada tegangan (+). Ini bertujuan untuk mengantisipasi sentakan listrik yang terjadi pada saat relay berganti posisi dari on ke off agar tidak merusak komponen di sekitarnya.
                Penggunaan relay perlu memperhatikan tegangan pengontrolnya serta kekuatan relay men-switch arus/tegangan. Biasanya ukurannya tertera pada body relay. Misalnya relay 12VDC/4 A 220V, artinya tegangan yang diperlukan sebagai pengontrolnya adalah 12Volt DC dan mampu men-switch arus listrik (maksimal) sebesar 4 ampere pada tegangan 220 Volt. Sebaiknya relay difungsikan 80% saja dari kemampuan maksimalnya agar aman, lebih rendah lagi lebih aman.Relay jenis lain ada yang namanya reedswitch atau relay lidi. Relay jenis ini berupa batang kontak terbuat dari besi pada tabung kaca kecil yang dililitin kawat. Pada saat lilitan kawat dialiri arus, kontak besi tersebut akan menjadi magnet dan saling menempel sehingga menjadi saklar yang on. Ketika arus pada lilitan dihentikan medan magnet hilang dan kontak kembali terbuka (off).

"Magical Template" designed by Blogger Buster